Negara kita adalah sebuah negara besar. Mayoritas penduduknyapun beragama Islam. Dalam keberagaman corak, ras, etnis, budaya dan agama, menjadi tuntutan bersama untuk mendakwahkan agama Allah yang agung dan lurus ini. Sebab tidak semua yang beragama Islam paham akan agamanya sendiri, ditambah lagi masuknya pemahaman-pemahaman barat yang keliru terhadap Islam.
Fikrah Islamiyah harus menyatukan umat Islam di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Suatu fikrah yang tidak boleh kita pisahkan dari fenomena sosial masyarakat, bahkan jangan sampai dikucilkan misalnya di masjid, tempat-tempat kumuh, tempat-tempat pengungsian, dan sudut kehidupan lainnya.
Peradaban Islam telah mampu membawa corak kegemilangan dan masa keemasannya di bawah bendera Islam. Hal ini terbukti melalui sejarah panjang dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Khususnya para Khulafaur Rasyidin, serta diikuti oleh tabi’in dan tabi’it tabi’in ridhwanullah ‘alaihim ajma’in.
Generasi terbaik adalah generasi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallama dan para sahabatnya serta generasi sesudahnya yang mengikutinya dengan baik dan benar. Yaitu generasi yang senantiasa menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.
Untuk mewujudkan generasi terbaik itu, kita perlu mencontoh dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menjadi penyampai dan pembawa risalah ini. Islam merupakan sistem baru yang ditetapkan oleh Allah dengan petunjuk wahyu berupa Al-Qur’an Al-Karim yang terealisasikan oleh sunnah Rasul-Nya.
Al-Qur’an merupakan manhaj yang menghimpun semua prinsip-prinsip perbaikan sosial yang menyeluruh. Hal ini dapat kita lihat pada proses turunnya secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallama dan beliau menyampaikannya kepada kaum mukminin dari waktu ke waktu sesuai realita yang ada, kondisi dan peristiwa yang terjadi saat itu.
Kita adalah generasi kemudian yang mengemban amanat dakwah ini. Banyak upaya-upaya yang telah dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam. Berbagai upaya mereka lakukan. Mulai dari mempelajari Islam itu sendiri kemudian mengaburkan ajarannya berdasarkan konsepsi mereka yang bertentangan dari ajaran yang sebenarnya. Inilah yang disebut sebagai ghazwul fikri (perang pemikiran), hingga perang secara nyata dan menggunakan senjata. Hal ini banyak terjadi di Negara Islam itu sendiri yang Negaranya lemah dan belum terorganisir secara baik dan berkelas oleh para pemimpin umat yang agung ini.
Inilah tugas dakwah kita. Dakwah di zaman perkembangan pemikiran dan teknologi serta ilmu pengetahuan lainnya. Zaman globalisasi dan westernisasi. Zaman yang ilmu pengetahuannya telah berpaling dan berkiblat ke barat. Tentuny,a bila pemahaman keilmuan dan keagamaan barat tidak menyalahi dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallama maka kita tidak akan pula mempermasalahkan itu sebab agama Islam ini ideal, komprehensif dan tidak statis. Namun, sangat tidak bisa diterima bahwa agama Islam telah di acak-acak dan direkayasa sebaik mungkin oleh orang-orang barat yang memusuhi Islam.
Mengatasi masalah itu, tentunya harus mengembalikan kepada dakwah Nabi teragung dan mulia, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Misi dakwah ini kembali kita segarkan. Dakwah yang mengesampingkan ambisi-ambisi, kepentingan-kepentingan pribadi, jabatan, kekuasaan dan politik tertentu.
Ingatlah bahwa kita ini menyampaikan seruan Allah, dimana ia adalah seruan yang paling luhur. Kita menyeru kepada fikrah islamiyah yang paling kuat dan menjadi muwahhadah (pemersatu), serta kita mempersembahkan kepada umat manusia syari’at Al-Qur’an, yaitu syari’at yang paling adil.
Inilah misi dakwah kita semua. Misi yang mungkin banyak diantara kita masih belum mengetahuinya. Misi dakwah yang mengharapkan ridha dan pertolongan Allah. Dakwah yang harus kita menangkan. Sehingga musuh-musuh Islam mampu kita taklukkan.
Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengatakan dalam Risalahnya tentang tujuan dakwah ini,
“وأنّنا بحمد الله براء من المطامع الشخصيّة بعيدون عن المنافع الذاتيّة, ولا نقصد الاّ وجه الله وخير الناس ولا نعمل الاّ ابتغاء مرضاته, وانّنا نترقّب تأييد الله ونصره ومن نصره الله فلا غا لب له”
Sesungguhnya kita -Alhamdulillah- terbebas dari ambisi-ambisi dan kepentingan-kepentingan pribadi. Kita tidak menginginkan kecuali wajah Allah dan kebaikan bagi manusia. Kita tidak beramal kecuali ingin meraih ridha-Nya. Kita menantikan dukungan dan pertolongan Allah. Sebab siapa saja yang dimenangkan Allah, maka tidak seorangpun yang akan bisa mengalahkannya.
Pertolongan ini, sesungguhnya sesuai dengan apa yang telah Allah Firmankan dalam surah Muhammad ayat 11,
Yang demikian itu karena Sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung.
Inilah kekuatan kita. Dakwah ilallah yang hanya mengharapkan ‘wajah’ dan Ridha Allah. Kekuatan dakwah ini menjadi faktor terpenting yang menentukan keberhasilan. Tujuan kita begitu mulia, tanpa ada embel-embel keduniawian, serta manusia membutuhkannya. Sehingga tidak bisa dihentikan dan digagalkan oleh kendala dan rintangan apapun. Allah berfirman,
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. (Yusuf: 21)
Bagi para jundullah (tentara-tentara Allah) dan para pemuda harapan bangsa dan agama, dakwah kita tidak menghendaki ketakutan dan kemalasan serta keputusasaan. Teruslah berdakwah tanpa kenal lelah. Sampaikan kebenaran hingga Allah menolong dan memenangkannya atas musuh-musuh Islam yang tiada henti memerangi umat dan agama ini dengan berbagai cara dan penipuan.
Semoga diantara ungkapan Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna di atas dapat menyegarkan kembali semangat dakwah kita yang mungkin mulai pudar dan tercampuri oleh kepentingan lain yang berupa tujuan keduniaan. Inilah bentuk komitmen kita bersama untuk selalu ber-amar ma’ruf dan nahi munkar serta saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran. Supaya terwujud dakwah yang ideal dan diminati oleh siapa saja yang menginginkan kebenaran dan kemenangan di jalan yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
Kitapun hendaknya lebih memahami ajaran Islam ini sebaik-baik pemahaman sebagaimana yang dipahami oleh ulama-ulama salafus shalih. Dengan demikian, lengkaplah sudah upaya dan benteng kita terhadap musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan agama Allah, serta sebagai faktor penolong kita dalam mengemban amanat yang mulia ini.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 comments:
Post a Comment