Isra Mi'raj, Mengubah Angka 100 Menjadi 17

Isra Mi'raj, Mengubah Angka 100 Menjadi 17Sebuah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan adalah nikmat kehidupan. Namun kehidupan ini akan benar-benar nikmat ketika amar ma’ruf nahi mungkar menjadi semboyan dalam kehidupan. Diantara proses penerapan amar ma’ruf nahi mungkar adalah melaksanakan perintah shalat 5 waktu. 

Isra mi’raj menjadi bukti nyata kemuliaan Rasulullah SAW saat menerima perintah shalat langsung dari Allah. Dihikayatkan dari Mu’adz bin jabal dan Jabir bin Abdillah ketika Isra Mi’raj, Nabi melihat di langirt pertama para malaikat semenjak diciptakan. Di langit kedua malaikat ruku’, tidak pernah mengangkat kepalanya. Di langit ketiga malaikat bersujud tidak mengangkat kepalanya kecuali untuk menjawab salam Rasulullah SAW, kemudian sujud kembali. Maka shalat diwajibkan sujud dua kali. Langit keempat Nabi melihat malaikat yang hanya bersyahadat. Di langit kelima malaikat bertakbir dan bertahlil. Di langit ketujuh malaikat hanya mengucapkan salam. Melihat itu semua terbesit dalam hati Nabi agar memperoleh ibadah yang sedemikian rupa baginya dan bagi ummatnya. Mengetahui isi hati Rasulullah maka Allah berfirman “barangsiapa yang shalat lima waktu ia memperoleh pahala sebagaimana pahala ibadah para malaikat penghuni tujuh langit”. Inilah alasan utama kenapa shalat menjadi ibadah rutinitas ummat Islam.
Pada saat Isra Mi’raj Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 kali dalam 5 waktu. Tiap-tiap waktu dibebankan 10 kali shalat (20 raka’at dengan 10 kali salam). Maka jumlah raka’at yang Allah wajibkan pada kali pertama adalah 100 raka’at.
Setelah menerima perintah tersebut maka Rasulullah kembali lagi ke bumi. Namun di tengah-tengah perjalanannya, Rasulullah berjumpa dengan Nabi Musa dan menceritakan hal yang baru saja dialaminya. Mendengar cerita tersebut Nabi Musa menyarankan kepada Nabi Muhammad agar kembali menghadap Allah dan meminta keringanan. Karena ini merupakan permintaan Rasulullah maka Allah memberi keringanan dengan mengurangi 5 kali (10 raka’at). 
Setelah itu Rasulullah turun lagi ke bumi, dan di tengah-tengah perjalanan berjumpa lagi dengan Nabi Musa serta menceritakan hal yang dialaminya. Karena merasa perintah itu masih sukar untuk dikerjakan, maka Nabi Musa kembali menyarankan kepada Rasulullah agar meminta keringanan lagi. Nabi Muhammad menuruti apa yang disarankan oleh Nabi Musa dan kembali meminta keringanan kepada Allah. Atas permintaan Nabi Muhammad, Allah mengurangi 5 lagi sehingga menjadi 40 kali (80 raka’at). Kejadian seperti ini terus berlanjut hingga proses naik turunnya Nabi Muhammad menghadap Allah mencapai 90 kali. Sehingga kewajiban shalat hanya tinggal 5 kali (10 raka’at).
Dari 10 raka’at tersebut dibagi menjadi 5 dikarenakan kewajiban shalat sehari semalam 5 waktu. Jadi tiap-tiap satu waktu diwajibkan 2 raka’at. Namun pada waktu dhuhur dan ashar ditambahkan 2 raka’at sehingga masing-masing menjadi 4 raka’at karena antara waktu dhuhur dan ashar manusia kuat dan gemar beribadah. Pada waktu magrib diperintahkan untuk menambah 1 raka’at lagi sehingga menjadi 3 raka’at karena waktu magrib merupakan witir di waktu hari (penutup hari). Waktu isya mendapat penambahan 2 raka’at sehingga menjadi 4 raka’at karena shalat yang dikerjakan pada waktu siang hari ada 3 waktu sedangkan malam hari hanya 2 waktu, maka 2 raka’at tambahan pada shalat isya merupakan pengimbang terhadap shalat diwaktu siang hari. Sedangkan waktu subuh tidak memperoleh tambahan raka’at karena shalat subuh adalah shalat yang dikerjakan setelah bangun tidur dan keadaan manusia pada saat itu masih dibayangi oleh rasa ngantuk, maka untuk shalat subuh diringankan raka’atnya. Sehingga akhirnya berkat kemuliaan nabi Muhammad SAW kewajiban shalat pada dasarnya 100 raka’at dalam sehari semalam diringankan menjadi 17 raka’at. 
Sumber: 
Hasyiah Shawi ‘ala Tafsir Jalalain
Hasyiah Syarwani ‘ala Tuhfatul Muhtaj
Bajuri ‘ala Ibnu Qasim al-Ghazi

0 comments:

Post a Comment