Sebuah nikmat yang luar biasa yang
Allah berikan adalah nikmat kehidupan. Namun kehidupan ini akan
benar-benar nikmat ketika amar ma’ruf nahi mungkar menjadi semboyan
dalam kehidupan. Diantara proses penerapan amar ma’ruf nahi mungkar
adalah melaksanakan perintah shalat 5 waktu.
Isra mi’raj menjadi bukti nyata kemuliaan Rasulullah SAW saat
menerima perintah shalat langsung dari Allah. Dihikayatkan dari Mu’adz
bin jabal dan Jabir bin Abdillah ketika Isra Mi’raj, Nabi melihat di
langirt pertama para malaikat semenjak diciptakan. Di langit kedua
malaikat ruku’, tidak pernah mengangkat kepalanya. Di langit ketiga
malaikat bersujud tidak mengangkat kepalanya kecuali untuk menjawab
salam Rasulullah SAW, kemudian sujud kembali. Maka shalat diwajibkan
sujud dua kali. Langit keempat Nabi melihat malaikat yang hanya
bersyahadat. Di langit kelima malaikat bertakbir dan bertahlil. Di
langit ketujuh malaikat hanya mengucapkan salam. Melihat itu semua
terbesit dalam hati Nabi agar memperoleh ibadah yang sedemikian rupa
baginya dan bagi ummatnya. Mengetahui isi hati Rasulullah maka Allah
berfirman “barangsiapa yang shalat lima waktu ia memperoleh pahala
sebagaimana pahala ibadah para malaikat penghuni tujuh langit”. Inilah
alasan utama kenapa shalat menjadi ibadah rutinitas ummat Islam.
Pada saat Isra Mi’raj Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 kali dalam 5 waktu. Tiap-tiap
waktu dibebankan 10 kali shalat (20 raka’at dengan 10 kali salam). Maka
jumlah raka’at yang Allah wajibkan pada kali pertama adalah 100 raka’at.
Setelah menerima perintah tersebut maka Rasulullah kembali lagi ke bumi.
Namun di tengah-tengah perjalanannya, Rasulullah berjumpa dengan Nabi
Musa dan menceritakan hal yang baru saja dialaminya. Mendengar cerita
tersebut Nabi Musa menyarankan kepada Nabi Muhammad agar kembali
menghadap Allah dan meminta keringanan. Karena ini merupakan permintaan
Rasulullah maka Allah memberi keringanan dengan mengurangi 5 kali (10
raka’at).
Setelah itu Rasulullah turun lagi ke bumi, dan di tengah-tengah
perjalanan berjumpa lagi dengan Nabi Musa serta menceritakan hal yang
dialaminya. Karena merasa perintah itu masih sukar untuk dikerjakan,
maka Nabi Musa kembali menyarankan kepada Rasulullah agar meminta
keringanan lagi. Nabi Muhammad menuruti apa yang disarankan oleh Nabi
Musa dan kembali meminta keringanan kepada Allah. Atas permintaan Nabi
Muhammad, Allah mengurangi 5 lagi sehingga menjadi 40 kali (80 raka’at).
Kejadian seperti ini terus berlanjut hingga proses naik turunnya Nabi
Muhammad menghadap Allah mencapai 90 kali. Sehingga kewajiban shalat
hanya tinggal 5 kali (10 raka’at).
Dari 10 raka’at tersebut dibagi menjadi 5 dikarenakan kewajiban shalat
sehari semalam 5 waktu. Jadi tiap-tiap satu waktu diwajibkan 2 raka’at.
Namun pada waktu dhuhur dan ashar ditambahkan 2 raka’at sehingga
masing-masing menjadi 4 raka’at karena antara waktu dhuhur dan ashar
manusia kuat dan gemar beribadah. Pada waktu magrib diperintahkan untuk
menambah 1 raka’at lagi sehingga menjadi 3 raka’at karena waktu magrib
merupakan witir di waktu hari (penutup hari). Waktu isya mendapat
penambahan 2 raka’at sehingga menjadi 4 raka’at karena shalat yang
dikerjakan pada waktu siang hari ada 3 waktu sedangkan malam hari hanya 2
waktu, maka 2 raka’at tambahan pada shalat isya merupakan pengimbang
terhadap shalat diwaktu siang hari. Sedangkan waktu subuh tidak
memperoleh tambahan raka’at karena shalat subuh adalah shalat yang
dikerjakan setelah bangun tidur dan keadaan manusia pada saat itu masih
dibayangi oleh rasa ngantuk, maka untuk shalat subuh diringankan
raka’atnya. Sehingga akhirnya berkat kemuliaan nabi Muhammad SAW
kewajiban shalat pada dasarnya 100 raka’at dalam sehari semalam
diringankan menjadi 17 raka’at.
Sumber:
Hasyiah Shawi ‘ala Tafsir Jalalain
Hasyiah Syarwani ‘ala Tuhfatul Muhtaj
Bajuri ‘ala Ibnu Qasim al-Ghazi
0 comments:
Post a Comment